Kisah
Seorang Penari
Di
suatu desa hiduplah sebuah keluarga yang miskin, keluarga tersebut
beranggotakan empat orang yaitu Bapak Zaenal, Ibu Yeni serta kedua anaknya yang
bernama Yunus dan Sinta. Yunus merupakan anak pertama dan Sinta anak kedua dari
Bapak Zaenal dan Ibu Yeni.
Setiap
hari Bapak Zaenal dan Ibu Yeni bekerja sebagai pemulung, sedangkan Yunus dan
Sinta masih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Yunus sekarang duduk di
kelas 3 SMP dan Sinta masih duduk di kelas 1 SMP. Setelah pulang sekolah Yunus
dan Sinta selalu membantu kedua orang tuanya bekerja menjadi pemulung. Yunus
merupakan anak yang pintar dan berbakti kepada kedua orang tuanya sedangkan Sinta
anak yang tidak terlalu pintar, tapi dia sangat mencintai Kebudayaan Indonesia.
Suatu
hari sepulang sekolah Sinta dan Yunus melihat sanggar seni tari yang berada di
desanya tersebut, Sinta sangat tertarik dan ingin sekali ikut sanggar tersebut
tapi kedua orang tuanya tidak sanggup untuk membayar uang bulanannya.
“Kak Yunus aku ingin sekali ikut sanggar
itu.”
“Iya nanti bila Kakak sudah punya uang
kamu bisa ikut sanggar itu, sekarangkan Kakak tidak punya uang!”
“Baiklah Kak aku juga akan mencari uang
yang banyak dan di tabung, supaya aku dapat masuk ke sanggar tersebut ya Kak.”
“Ya sudah sekarang kamu mulai menabung
yang banyak ya!”
“Ok dehhh…..!!” Jawab Sinta sambil
mengacungkan jempolnya
Setelah
itu Sinta gemar menabung dan mencari uang agar dapat masuk ke sanggar tersebut,
namun untuk menunggu uangnya terkumpul Sinta setiap hari setelah sepulang
sekolah melihat sanggar tersebut untuk mengamati gerakan – gerakan yang di
ajarkan oleh guru sanggar tersebut sambil mempelajarinya di rumah.
Kedua
orang tuanya sangat heran dari mana Sinta mengetahui gerakan tarian tersebut
padahal kedua orang tuanya tidak pernah mengajarinya, karena rasa herannya yang
sangat kuat akhirnya kedua orang tuanya pun menanyakannya kepada Sinta.
“Sinta kamu dari mana dapat gerakan
tarian tersebut?” Tanya Ayahnya
“Sinta dapat gerakan tarian tersebut
melihat sanggar seni tari yang ada di dekat sekolah Yah!” Sinta menjelaskan kepada Ayahnya
“Kamu ikut sanggar nak??” Tanya Ibunya
“Tidak kok Bu, aku hanya melihatnya dari
luar sanggar saja.” Jelas Sinta kepada Ibunya
Mendengar
penjelasan dari Sinta kedua orang tuanya sangat tersentuh, karena mereka tidak
dapat memasukan Sinta ke sanggar tersebut.
“Ya sudah kalau besok Ayah dan Ibu punya
uang Sinta masuk ke sanggar tersebut ya!” Kata Ayahnya
“Baiklah Ayah, sekarang Sinta belajar
sendiri dulu saja ya Yah. Kalau nanti Ayah dan Ibu sudah punya uang baru deh
masukkan Sinta ke sanggar tersebut ok Yah!” Jelas Sinta kepada ayahnya
“Ok dehhh…..!” Jawab Ayahnya
Keesokan
harinya Sinta dan Yunus pergi ke sekolah bersama-sama, sesampai di sekolah
Sinta dan Yunus masuk ke kelas masing-masing. Tidak lama kemudian bel masuk
sekolah pun berbunyi dan seluruh murid pun masuk ke kelas masing-masing serta
memulai pelajarannya. Pelajaran pertama di kelas Sinta yaitu pelajaran
kesenian, Sinta sangat senang dengan pelajaran tersebut karena menyukai
kesenian tradisional Indonesia.
Saat
pelajaran kesenian pun di mulai Sinta sangat memperhatikan gurunya yang sedang
menerangkan di depan kelas, guru kesenian tersebut bernama Bu Titin. setelah Bu
Titin selesai menerangkan materi, beliau langsung membagi kelompok menjadi lima
kelompok, Sinta masuk ke kelompok 3. Teman-teman Sinta yang se-kelompok
dengannya tidak setuju dengan keberadaan Sinta di kelompok tersebut, karena
Sinta merupakan anak pemulung dan badannya yang sangat bau serta jorok.
Teman-teman
Sinta tersebut bernama Ririn, Teti, Bela, Sofi, dan Meli mereka semua tidak
setuju dengan keberadaan Sinta dan akhirnya mereka semua pun mengadu kepada Bu
Titin agar Sinta dikeluarkan dari kelompok 3.
“Bu Titin saya keberatan dengan
keberadaan Sinta di kelompok kami Bu!” Teriak Sofi
“Keberatan kenapa?? Padahalkan Ibu sudah
membagi anggota kelompoknya dengan rata.” Jawab Bu Titin
“Pokoknya saya tidak mau se-kelompok dengan
Sinta Bu!” Jelas Sofi
“Kenapa tidak mau??” Tanya Bu Titin kepada
Sofi
“Karena Sinta itu anak orang miskin dan
jorok.” Jawab Sofi
“Astagfirullah al’azim….! Sofi kamu
tidak boleh bilang begitu kepada Sinta, meskipun dia bukan anak orang kaya
tetap saja dia teman kita. Ya sudah sekarang Sinta Ibu pindah kelomponya dari
pada nanti ribut, Sinta kamu pindah ke kelompok 5 tidak apa-apakan?” Tanya Bu
Titin kepada Sinta
“Iya Bu tidak apa-apa.” Jawab Sinta
dengan ikhlas
“Bagaimana ketua kelompok 5 di terima
tidak Sinta masuk ke kelompok kalian?” Tanya Bu Titin kepada ketua kelompok 5
“Tidak Bu, kami juga tidak mau
se-kelompok dengan Sinta!” Jawab ketua kelompoknya
“Kelompok berapa yang mau menerima Sinta
masuk menjadi anggotanya?” Tanya Bu Titin kepada semua murid
Ternyata
tidak ada satu kelompok pun yang mau menerima Sinta menjadi anggota
kelompoknya, Bu Titin pun bersedih karena melihat Sinta yang tidak di terima
oleh teman-temannya menjadi salah satu anggota kelompoknya. Akhirnya Bu Titin
pun memutuskan agar Sinta menjadi anggota kelompok yang ke-6.
“Sinta tidak ada satu pun teman yang mau
menerimamu menjadi anggota kelompok, bagaimana kalau kamu menjadi kelompok yang
ke-6?” Tanya Bu Titin
“Iya Bu tidak apa-apa, yang penting aku
masuk kelompok.”
“Ya sudah sekarang kamu menjadi kelompok
yang ke-6 ya!” Jelas Bu Titin
“Baik Bu.” Jawab Sinta
Setelah
selesai pembagian kelompok Bu Titin langsung memberikan tugas yang harus di
kerjakaan perkelompok, tugas tersebut ternyata tugas menari. Tarian yang harus
di pentaskan yaitu tari tradisional Blantek. Setelah Sinta mendengar bahwa
tugasnya yaitu menarikan tarian tradisional Blantek Sinta sangat senang, karena
dia sudah hafal dan bisa menarikannya.
“Anak-anak kalian harus menarikan tarian
tradisional Blantek bagi perempuan, bila untuk laki-laki kalian harus menarikan
tarian tradisional Sisingaan. Ibu beri waktu selama satu bulan untuk latihan,
nanti Ibu tes perkelompok.”
Tidak
lama kemudian jam pelajaran kesenian pun berakhir dan di lanjutkan dengan
pelajaran berikutnya. Saat pelajaran berikutnya di mulai Sinta sangat
bersemangat sekali, karena dia harus berlatih lebih giat lagi agar menjadi
murid yang terbaik dalam pertunjukkan tariannya dan tidak lupa juga dalam
pelajaran lainnya harus menjadi yang terbaik.
Setelah
semua pelajaran dan kegiatan di sekolah sudah selesai bel pulang sekolah pun
berbunyi, semua murid pun pulang ke rumah. Saat di perjalanan pulang Sinta
tidak lupa mampir ke sanggar tari tersebut, saat di sanggar tari tersebut Sinta
tidak sengaja bertemu Bu Titin yang sedang mengajar murid-murid di sanggar
tersebut.
“Sinta kamu sedang apa disini?” Tanya Bu
Titin
“Sa..sa..saya sedang melihat gerakan-gerakan
tarian disini Bu.” Jawab Sinta sambil menundukan kepala
“Gerakan tarian? Mengapa kamu tidak ikut
sanggar saja?” Tanya Bu Titin
“Saya maunya begitu Bu, tapi…orang tua
saya tidak dapat membayar uang bulanannya Bu…!”
Jawab Sinta sambil bersedih
“Begitu ya! Ya sudah kalau begitu kamu
bisa ikut sanggar ini dengan gratis tanpa ada biaya sedikit pun.” Jelas Bu
Titin
“Yang benar Bu?” Tanya Sinta
“Iya benar!” Jawab Bu Titin
“Terima kasih banyak ya Bu!” Seru Sinta
“Iya sama-sama, mulai sekarang kamu bisa
langsung latihan.” Jelas Bu Titin
“Baik Bu, Saya pulang dulu.
Assalamu’alaikum!” Jawab Sinta sambil mencium tangan Bu Titin
Sinta
pun langsung pulang ke rumah dengan berlari secepat-cepatnya agar dapat memulai
belajar tarian di sanggar tersebut. sesampai di rumah, Sinta langsung mengganti
bajunya dan membawa perlengkapan yang harus di bawa serta berpamitan kepada
kedua orang tuanya dan kakaknya. Lagi-lagi kedua orang tuanya heran dengan
kelakuan Sinta yang sedang terburu-buru, padahal Sinta kelakuannya tidak
seperti ini.
“kenapa kamu terburu-buru Sinta?” Tanya
Kak Yunus
“Ini Kak, aku sedang di tunggu Bu guru
di sanggar seni tari di dekat sekolah itu!” Jawab Sinta
“Memang kamu mau ngapain disana?” Tanya
Kak Yunus
“Sinta ke sana mau belajara seni tari
Kak. Ya sudah Kak aku mau berangkat dulu assalamu’alaikum!” Seru Sinta
“Wa’alaikumsalam..!” Jawab Kak Yunus,
Ayahnya dan Ibunya serempak
Sinta
pun berlari dengan semangat menuju sanggar tersebut, sesampai di sanggar Sinta
langsung berlatih berbagai tarian tradisional Jawa Barat seperti tari blantek,
dan tari merak. Setelah Bu Titin melihat bahwa bakat Sinta di seni tari beliau
langsung melatih Sinta dengan sekuat tenaganya agar Sinta dapat mengikuti
berbagai lomba seni tari.
Sudah
tiga minggu Sinta belajar di sanggar tersebut, ternyata saat minggu ketiga Sinta
berlatihan, akan di adakan perlombaan tingkat se-SMP. Bu Titin pun mendaftarkan
Sinta dalam perlombaan ini, Sinta pun sangat bahagia bahwa dia di daftarkan
dalam perlombaan tersebut. Saat berita ini tersebar di SMPnya bahwa Sinta telah
di daftarkan oleh Bu Titin untuk mengikuti perlombaan tersebut, Sofi, Teti,
Bela, Meli, dan Ririn tidak percaya dengan berita tersebut karena tidak mungkin
seorang pemulung dapat memenangkan lomba seni tari tersebut.
“Apa benar Sinta ikut perlombaan seni
tari tingkat se-SMP?” Tanya Bela
“Aku tidak tahu pasti benar atau
tidaknya, tapi banyak yang bilang begitu!” Jawab Ririn
“Sudahlah bukan urusan kita, dia mau
ikut atau tidaknya. Paling-paling kalau dia ikut perlombaan itu tidak akan
menang, sebab dia tidak pernah tahu gerakan tariannya kan?” Jelas Sofi
“Iya betul, kan dia itu cuman seorang
pemulung.” seru Teti
“Ha…ha…ha….ha…!” Mereka tertawa
Saat
Sofi, Teti, Ririn, Meli, dan Bela membicarakan Sinta, tidak lama kemudian Sinta
pun datang dan langsung mengolok-ngoloknya. Sinta menanggapinya dengan lapang
dada dan ikhlas dengan keadaannya.
“Hey teman-teman… Anak pemulung
datang….!” Teriak Sofi
“Katanya si anak pemulung ikut lomba
seni tari loh, tingkat se-SMP lagi.” Teriak Bela
“Astagfirullah al’azim…!” Kata Sinta di
dalam hati
“Saya memang mengikuti perlombaan seni
tari tersebut.” Kata Sinta
“Memang kamu dapat memenangkan perlombaan
seni tari itu?” Tanya Sofi
“Insya Allah saya dapat memenangkan perlombaan
seni tari tersebut.” Jawab Sinta dengan lembut
“Rupanya anak pemulung tidak dapat
menjamin kemenangannaya. Ha….ha…ha….!” Bela mengolok-ngolok Sinta
Sinta
tidak tahan dengan perkataan Bela dan teman-temannya dia pun keluar dari kelas
dan memilih untuk latihan di ruang kesenian yang ada di sekolahnya. Dua hari
kemudian perlombaan seni tari akhirnya dilaksanakan, sebelum giliran pementasan
Sinta dia meminta do’a kepada kedua orang tuanya, Kakanya, dan guru-gurunya
agar dia dapat memenangkan perlombaan ini.
“Ibu, Ayah, Kakak, dan Bapak-Ibu guru
saya minta do’a restu agar saya dapat memenangkan perlombaan ini.” Kata Sinta
“Iya nak, kami semua disini mendukungmu
agar kau dapat memenangkan perlombaan ini.” Jawab Ibunya
Tidak
lama kemudian giliran pementasan Sinta pun tiba dia bersiap-siap agar menjadi
yang terbaik dan menjadi pemenangnya. Di perlombaan seni tari tersebut banyak
teman-teman Sinta yang menonton terutama teman sekelasnya, saat pementasan
Sinta banyak orang yang menepuk tangan karena gerakannya yang bagus dan lemah
gemulai.
Setelah
semua perwakilan antar SMP sudah di pentaskan saatnya penentuan siapa yang
menjadi pemenangnya dan memberikan hadiah kepada pemenang berupa piala,
beasiswa,dan uang tunai yang jumlahnya sangat besar. Satu per satu juaranya
disebutkan, hingga juara utama 2 dan 3 nama Sinta tidak di panggi-panggil
membuat Sinta semakin tegang dan saat paling akhir tibalah menyebutkan juara utama
1 yaitu juaranya Sinta.
“Pemenang juara utama yaitu dimenangkan
oleh…saudara Sinta…!” Teriak juri perlombaan
“Hore……!” Sorak teman-teman Sinta, para
guru, kedua orang tuanya dan Kakaknya
“Alhamdulillah…!” Seru Sinta sambil
bersujud syukur
Penyerahan
hadiah kepada Sinta dan memberikan penghargaan berupa piala dan piagam. Setelah itu Sinta, teman-temannya, orang
tuanya, Bapak-Ibu guru, dan Kakaknya merayakan kemenangan Sinta di sekolah.
Bela, Ririn, Sofi, Meli, dan Teti merasa malu dengan perkataan yang sudah
mereka ucapkan kepada Sinta yang bukan-bukan dan sudah mengolok-ngoloknya.
“Sinta kami semua minta maaf ya, karena
kami sudah jahat kepada kamu!” Bela pun meminta maaf kepada Sinta
“Iya Sinta aku juga minta maaf, karena
aku sudah mempermalukan kamu di depan orang banyak dan berbicara yang tidak baik kepada kamu.”
Kata Sofi
“Kami semua minta maaf ya Sinta….!”
Mereka meminta maaf kepada Sinta
“Iya! Aku sudah memaafkan kalian semua
kok.” Jawab Sinta
Setelah
itu mereka pun berteman dengan baik dan menjadi sahabat yang utuh, mereka semua
saling membantu teman yang sedang kesusahan. Keluarga Sinta sekarang hidupnya
menjadi lebih baik, Kakaknya Yunus lulus SMP dengan nilai yang terbaik dan
masuk sekolah SMA impiannya, sedang Sinta terus menekuni kegiatannya menjadi
penari yang hebat.
Dua
tahun kemudian Sinta lulus SMP dengan nilai cukup bagus dan akan melanjutkan
sekolahnya di SMA kota yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya yang ada di desa,
Sinta mengambil keputusan bahwa dia akan tinggal bersama pamannya yang ada di
kota untuk tiga tahun ke depan.
“Ibu, Ayah, Kak Yunus Sinta pamit
berangkat ke kota untuk melanjutkan sekolah disana.” Kata Sinta
“Iya! Bapak dan Ibu sudah ijinkan kamu
untuk melanjutkan sekolah di kota, tapi ingat kamu harus jaga kesehatan
baik-baik jangan sampai sakit.” Jelas Ayahnya
“Iya Ayah Sinta janji akan menjaga
kesehatan dengan baik dan belajar lebih tekun. Ya sudah Sinta pamit dulu ya
Ayah, Ibu, Kak Yunus assalamu’alaikum...!” Sinta pamit sambil bersedih
“Wa’alaikumsalam…! Hati-hati di jalan ya
Sinta.” Teriak Ibunya sambil menangis
Saat
dalam perjalanan menuju kota Sinta melihat tempat-tempat indah yang belum
pernah Sinta lihat di desanya. Sesampai di rumah pamannya Sinta di perkenalkan
kepada keluarganya, Sinta heran dengan gaya bicara anak dan istri pamannya yang
tidak di mengerti oleh Sinta, gaya bicara yang digunakan anak dan istrinya
yaitu gaya bicara orang gaul sedangkan sinta menggunakan bahasa tradisional dan
bahasa Indonesia.
“assalamu’alaikum….!” Salam Santi dan
pamannya
“Wa’alaikumsalam….!” Jawab anak dan
istri pamannya
“Loe asalnya dari mana?” Tanya Resti
anak pamannya
“Saya dari desa.” Jawab Sinta
“Pantes loe bau dan kusam.” Kata Resti
“Resti kamu tidak boleh bicara begitu
kepada Sinta, dia itu sodara kamu!” Jelas pamannya
“Iya deh kalau begitu, gue minta maaf
ya!” Kata Resti
“Saya sudah memaafkan kamu kok.” Jawab
Sinta
Setelah
selesai berbincang-bincang Sinta pun membereskan barang-barangnya yang ada di
tas ke dalam lemari, kemudian Sinta langsung beristirahat karena sudah menempuh
perjalan yang jauh dan membuat dirinya capek sekali.
Saat
Sinta beristirahat Bibinya memasak di dapur untuk menyiapkan makan malam nanti,
sedangkan Resti mendengarkan musik K-pop dan menonton film-film Korea. Tidak
lama kemudian Sinta terbangun karena mendengar musik K-pop yang sangat keras.
“Maaf Resti itu lagu apa ya?”
“Ini lagu kesukaan gua, yaitu lagu
K-pop.”
“Lagu K-pop itu dari mana ya Resti?”
Tanya Sinta yang ingin tahu
“Ini lagu berasal dari Korea.”
“Kenapa kamu lebih suka lagu K - pop
dibandingkan lagu tradisional yang ada di Indonesi?” Tanya Sinta sambil
kesal
“Lagu K-pop itu lebih keren dibandingkan
lagu tradisional Indonesia, kalau lagu tradisional Indonesia itu sudah jadul.”
Jawab Resti dengan tegas
“Padahalkan lagu tradisional Indonesia
itu merupakan kesenian yang ada di Indonesia, jadi kita harus melestarikannya
tidak boleh melestarikan lagu-lagu asing yang dapat menghilangkan kesenian
tradisional di Indonesia.” Jelas Sinta dengan tegas
“Gua nggak mau ah dengar nyanyian
tradisional Indonesia yang jadul itu.” Jawab Resti sambil kesal kepada Sinta
“Ya sudah itu terserah kamu saja, yang
penting kita harus tetap melestarikan budaya Indonesia tidak boleh melupannya.”
Jawab Sinta sambil berbalik badan dan berjalan perlahan
Sinta
pun keluar dari kamar Resti dan masuk kembali ke kamarnya untuk memulai latihan
narinya kembali. Saat Resti mendengar suara lagu tarian yang terdengar di kamar
Sinta dia pun langsung masuk ke kamar Sinta.
“Sinta ini lagu apa?” Tanya Resti sambil
marah-marah
“Ini adalah lagu tarian tradisional
Indonesia.” Jawab Sinta dengan lembut
‘sudah sekarang kecilkan suara lagunya
ok.”
“Mengapa harus di kecilkan suaranya?
Padahalkan ini musik tradisional Indonesia.” Tanya Sinta sambil menjelaskan
“Karena gua tidak suka dengan musiknya.
Lebih baik sekarang loe kecilkan volume tapenya, gua nggak nyaman dengarnya ya!”
Jelas Resti sambil marah-marah
“baiklah saya akan kecilkan volume
suaranya, maaf ya sudah mengganggu kamu.”
Kata Sinta sambil meminta maaf
Setelah
itu Resti pun keluar dari kamar Sinta dan Sinta melanjutkan latihannya dengan
volume suara lagunya dikecilkan. Tidak lama kemudian adzan magrib pun
berkumandang, Sinta dan keluarga pamannya berjama’ah shalat magrib di rumah.
Setelah selesai shalat berjama’ah Sinta dan keluarga pamannya makan malam
bersama dengan masakan yang di masak oleh Bibinya sendiri.
Keesokan
harinya Sinta di bawa pamannya ke sekolahan Resti untuk di daftarkan di sekolah
tersebut. Saat pertamakalinya Sinta ke kota dan melihat keadaan sekolah yang
ada di kota ternyata keadaannya lebih parah dibandingkan sekolah yang ada di
desa, karena pergaulannya modern yang ada di kota lebih terpengaruhi dari pada
di desa.
“Aku harus berhati-hati nih dalam
pergaulan di kota, agar aku tidak terpengaruh pergaulan modern yang ada di kota
dan tetap mencintai kebudayaan Indonesia bagaimana caranya pun.” Kata Sinta di dalam hati
Setelah
Sinta selesai di daftrakan oleh pamannya dia langsung masuk ke kelas di antar
oleh guru yang ada di sekolah tersebut. Sesampai di kelas Sinta langsung
memperkenalkan diri kepada teman-temannya yang ada di kelas.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh….!” Sapa Sinta kepada teman-temannya
‘Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…!”
Jawab teman-temannya
“Hallo nama saya Sinta saya berasal dari
desa, hobi saya menari dan cita-cita saya menjadi penari yang terbaik. Salam kenal
teman-teman!” Sinta memperkenalkan diri di depan kelas
“Salam kenal juga Sinta….!” Jawab teman-temannya
Selesai
memperkenalkan diri Sinta dipersilahkan duduk oleh gurunya yang sedang mengajar
di kelas tersebut, Sinta duduk dengan Vina. Vina merupakan anak yang rajin dan
baik hati suka menolong orang yang sedang kesusahan.
Di
kelas Sinta tedapat orang bule yang bernama Steven, dia anaknya sombong. Suatu
hari sekolah Sinta memperbolehkan membawa HP karena sedang dilaksanakan study
tour ke tempat bersejarah selama dua hari. Ada seorang anak perempuan yang
bernama Yesti meminjam HP Sinta dan melihat-lihat isi data HP tersebut,
ternyata isi data HP tersebut banyaknya video seni tari tradisional, lagu-lagu
seni tari tradisional, dan masih banyak lagi. Yesti setelah melihat isi data HP
Sinta langsung tertawa terbahak-bahak karena melihat isi datanya hanya lagu dan
video tarian tradisional Indonesia.
“Ha…ha…ha…ha…!” Yesti tertawa
terbahak-bahak
“Ada apa Yesti? Kenapa kamu tertawa?” Tanya
Sinta
“Teman-teman ternyata di kelas kita ada
anak jadul loh!” Teriak Yesti
“Anak jadul? Siapa yang jadul Yesti?” Tanya
Steven
“Murid baru di kelas kita loh! Dia
banyak mengoleksi lagu dan video tarian tradisional Indonesia.” Teriak Yesti
sambil mempermalukan Sinta di depan teman-temannya
“Ha…ha…ha…ha…! Ternyata di kota masih
ada juga ya orang jadul!” Teriak Steven
“Aku itu bukan anak jadul! Aku itu anak
bangsa Indonesia yang harus mencintai dan melestarikan kebudayaan tradisional
Indonesia. Kita semua sebagai anak bangsa Indonesia tidak boleh sampai
melupakan kesenian Tradisional Indonesia demi menjadi orang yang keren.” Sinta menjelaskan dengan tegas
“Oh ya? Apakah kesenian tradional
Indonesia dapat menjamin menjadi anak keren?” Tanya Steven
“Iya! Bila kita dapat mempopulerkan
kesenian tradisional Indonesia ke seluruh dunia maka kita semua anak bangsa
Indonesia dapat menjadi anak keren dan Negara kita di dunia terkenal.” Jawab Sinta dengan jelas dan tegas
“Jangan percaya dengan dia, dia itu
pembohong. Kalau kesenian tradisional Indonesia tidak dapat menjadikan kita
semua orang keren, yang bisa menjadikan kita orang keren yaitu musik rock &
roll dan tarian dance, hanya itu yang bisa menjadikan kalian keren.” Kata
Steven sambil kesal kepada Sinta
“Tidak mungkin lagu dan tarian asing
dapat menjadikan kita semua keren, yang dapat menjadikan kita keren yaitu
kesenian tradisional yang ada di Negara sendiri bukan Negara asing. Negara
asing hanya akan menghilangkan kesenian tradisional di Negara kita.” Jelas
Sinta dengan tegas dan bersemangat
“Bukannya banyak orang masih
melestarikan budaya di Negara kita? Mengapa harus kita yang melestarikannya?”
Tanya Yesti
“Memang betul masih banyak orang yang
melestarikan budaya di Negara kita, tapi bila mereka semua telah wafat dan
tidak ada lagi yang melestarikan budaya di neraga kita siapa lagi selain kita
sendir? Karena itulah kita sebagai anak bangsa Indonesia harus melestarikan
budaya kita sebelum punah.” Jawab Sinta dengan tegas
“Untuk membereskan masalah ini bagaimana
kalau aku dan kamu tanding saja?” Tanya Steven
“Tanding? Tanding apaan?” Tanya Sinta
sambil kebingungan
“Tanding pementasan tarian dari masng-masing
Negara, bagaimana?” Saran Steven
“ok! Siapa takut.” Jawab Sinta
“Baiklah kalau begitu, satu minggu lagi
akan diadakan perlombaan seni tari di sekolah kita. Kita berdua tanding di
perlombaan tersebut, dia yang menjadi juara satu akan menjadi pemenang dalam
duel tersebut dan harus mengakui bahwa kesenian tradisional tersebut dapat
menjadikan anak bangsanya menjadi anak yang keren.” Steven menjelaskan kepada
Sinta dan teman-temannya
“Baik aku setuju.” Jawab sinta sambil
berjabat tangan
Setelah
Sinta dan Steven konflik akhirnya mereka mengadakan duel perlombaan seni tari
untuk menyakinkan kesenian mana yang menjadi pemenangnya dan mengakuinya bahwa
kesenian tersebut dapat menjadikan anak bangsanya keren.
Hari
demi hari Sinta dan Steven berlatih keras agar dapat memenangkan perlombaan
tersebut. Lima hari sudah mereka lewati untuk berlatih dengan giat,sedikit demi
sedikit teman-teman di sekolah mendukung Sinta agar dapat memenangkan
perlombaan tersebut dan menjauhkan pengaruh dari Negara asing.
Saatlah
tiba dimana perlombaan itu dimulai, gerakan demi gerakan Sinta dan Steven
mementaskannya dan dinilai oleh para juri yang ada di perlombaan tersebut.
Setelah menunggu lama tibalah di akhir acara yaitu meneyebutkan siapa pemenang
juara 1 dan juara 2.
“Yang mendapatkan juara kedua
adalah……Steven..! Selamat untuk steven.” Teriak juri menyebutkan pemenangnya
“Dan yang mendapatkan juara pertama
yaitu….siapa lagi kalau bukan Sinta….!” teriak juri sambil memberikan tepuk
tangan yang meriah
“Hore….hore….hore….hore….!” Sorak
bahagia teman-temannya
Akhirnya
Sinta pun dapat memenangkan pertandingan duel tersebut dan Steven pun mengakui
kekalahannya, bahwa kesenian tradisional yang ada di Indonesialah yang dapat
menjadikan anak bangsa Indonesia menjadi keren . Terbukti bahwa Santi sudah
merubah banyak teman-teman Steven yang asalnya menyukai lagu-lagu rock &
roll dan tarian dance, sekarang lebih menyukai tari-tarian dan lagu tradisional
yang ada di Indonesia.
Steven
dan Sinta pun berteman dengan baik, semenjak itu Sinta memperkenalkan budaya
Indonesia ke seluruh dunia, atas keberhasilan Sinta yang memperkenalkan
kesenian tradisional di Indonesia ke seluruh dunia Sinta di berikan penghargaan
oleh Bapak-Ibu gurunya dan Bapak Presiden Republik Indonesia berupa uang tunai
dan beasiswa, karena Sinta merupakan anak remaja yang pertamakali memperkenal
budaya Indonesia ke seluruh dunia.
Keluarga
Sinta yang ada di desa sekarang tinggal di kota dan sudah hidup lebih maju lagi
berkat kegigihan Sinta dalam melestarikan budaya Indonesia ke seluruh dunia
sehingga mendapatkan berbagai penghargaan dan membanggakan kedua orang tuanya
serta Bapak-Ibu guru yang sudah mengajar Sinta.
Perjuangan
Sinta dan teman-temannya tidak hanya sampai disini saja, mereka terus berjuang
agar kesenian tradisional di Indonesia menjadi terkenal dan diakui oleh Negara.
Sebagai penari yang hebat Sinta harus tetap berjuang agar harga diri dia dan
teman-teman penarinya tidak hanya di pandang sebelah mata saja, karena
kebanyakan orang memandang penari itu hanya sebelah mata sebab berhubungan
dengan nilai negatif seperti penari yang ada di café-café dengan pakaian yang
seksi.
Namun
agar hal itu tidak terjadi kepada dirinya beserta teman-teman lainnya yang
telah berjuang memperkenalkan kesenian tradisional di Indonesia ke seluruh
dunia, Sinta tetap berjuang untuk membenarkan pandangan orang lain terhadap
seni tari.
Bahwa
seni tari tidak hanya dipandang negatif saja, tapi ada juga seni tari yang
dipandang positif oleh banyak orang. Sinta dan teman-temannya memperjuangkan
seni tari agar dipandang positif oleh anak bangsa serta seluruh masyarakat yang
ada di dunia ini.
Setelah
beberapa lama Sinta dan teman-temannya berjuang untuk mengubah pandangan
masyarakat terhadap seni tari yang ada di Indonesia. Ternyata membuahkan hasil,
masyarakat sekarang memandang seni tari di Indonesia tidak lagi hanya sebelah
mata.
Mereka
semua sudah sadar bahwa seni tari tradisional di Indonesia merupakan kesenian
yang harus dilestarikan oleh anak bangsa Indonesia agar tidak hilang dan diakui
oleh dunia. Bahwa kesenian tradisional yang ada di Indonesia merupakan aset
peninggalan pada jaman dahulu dan menjadi kebanggaan bagi kami anak bangsa
Indonesia dapat mengenalkan kesenian tradisional ke seluruh dunia.
Atas
usaha yang dilakukan Sinta untuk melestarikan kesenian tradisional yang ada di
Indonesia, Sinta mendapatkan beasiswa, penghargaan, dan Sinta pun terkenal di
seluruh dunia. Untuk melanjutkan usahanya, Sinta ingin terus melestarikan kesenian
tradisional di Indonesia sampai akhir hayatnya dan mengabdi kepada Negara.
Karya : Tjahyaning. P
Mohon izin untuk saya angkat dalam film pendek ya
BalasHapusSebuah cerita yang menarik, semoga lancar membuat film nya
BalasHapusSlot Vibes Casino Site - Lucky Club
BalasHapusCasino site, in no time can I check my play now! Slot Vibes offers luckyclub.live a wonderful and exciting experience for everyone from novice players to the casino
PokerStars Casino Review & Bonus Code - MJHUB
BalasHapusPokerStars Casino Review: Sign up 출장마사지 and 통영 출장샵 get the best Welcome Bonus. The $1600 welcome bonus gives you a huge variety of options 동해 출장안마 of 계룡 출장마사지 sports 진주 출장안마 games Rating: 4 · Review by MJHUB