Kamis, 31 Oktober 2013

Cerpen Kisah Seorang Penari



Kisah Seorang Penari

            Di suatu desa hiduplah sebuah keluarga yang miskin, keluarga tersebut beranggotakan empat orang yaitu Bapak Zaenal, Ibu Yeni serta kedua anaknya yang bernama Yunus dan Sinta. Yunus merupakan anak pertama dan Sinta anak kedua dari Bapak Zaenal dan Ibu Yeni.
            Setiap hari Bapak Zaenal dan Ibu Yeni bekerja sebagai pemulung, sedangkan Yunus dan Sinta masih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Yunus sekarang duduk di kelas 3 SMP dan Sinta masih duduk di kelas 1 SMP. Setelah pulang sekolah Yunus dan Sinta selalu membantu kedua orang tuanya bekerja menjadi pemulung. Yunus merupakan anak yang pintar dan berbakti kepada kedua orang tuanya sedangkan Sinta anak yang tidak terlalu pintar, tapi dia  sangat mencintai Kebudayaan Indonesia.
            Suatu hari sepulang sekolah Sinta dan Yunus melihat sanggar seni tari yang berada di desanya tersebut, Sinta sangat tertarik dan ingin sekali ikut sanggar tersebut tapi kedua orang tuanya tidak sanggup untuk membayar uang bulanannya.
“Kak Yunus aku ingin sekali ikut sanggar itu.”
“Iya nanti bila Kakak sudah punya uang kamu bisa ikut sanggar itu, sekarangkan Kakak tidak punya uang!”
“Baiklah Kak aku juga akan mencari uang yang banyak dan di tabung, supaya aku dapat masuk ke sanggar tersebut ya Kak.”
“Ya sudah sekarang kamu mulai menabung yang banyak ya!”
“Ok dehhh…..!!” Jawab Sinta sambil mengacungkan jempolnya
            Setelah itu Sinta gemar menabung dan mencari uang agar dapat masuk ke sanggar tersebut, namun untuk menunggu uangnya terkumpul Sinta setiap hari setelah sepulang sekolah melihat sanggar tersebut untuk mengamati gerakan – gerakan yang di ajarkan oleh guru sanggar tersebut sambil mempelajarinya di rumah.
            Kedua orang tuanya sangat heran dari mana Sinta mengetahui gerakan tarian tersebut padahal kedua orang tuanya tidak pernah mengajarinya, karena rasa herannya yang sangat kuat akhirnya kedua orang tuanya pun menanyakannya kepada Sinta.
“Sinta kamu dari mana dapat gerakan tarian tersebut?” Tanya Ayahnya
“Sinta dapat gerakan tarian tersebut melihat sanggar seni tari yang ada di dekat sekolah Yah!”          Sinta menjelaskan kepada Ayahnya
“Kamu ikut sanggar nak??” Tanya Ibunya
“Tidak kok Bu, aku hanya melihatnya dari luar sanggar saja.” Jelas Sinta kepada Ibunya
            Mendengar penjelasan dari Sinta kedua orang tuanya sangat tersentuh, karena mereka tidak dapat memasukan Sinta ke sanggar tersebut.
“Ya sudah kalau besok Ayah dan Ibu punya uang Sinta masuk ke sanggar tersebut ya!” Kata Ayahnya
“Baiklah Ayah, sekarang Sinta belajar sendiri dulu saja ya Yah. Kalau nanti Ayah dan Ibu sudah punya uang baru deh masukkan Sinta ke sanggar tersebut ok Yah!” Jelas Sinta kepada ayahnya
“Ok dehhh…..!” Jawab Ayahnya
            Keesokan harinya Sinta dan Yunus pergi ke sekolah bersama-sama, sesampai di sekolah Sinta dan Yunus masuk ke kelas masing-masing. Tidak lama kemudian bel masuk sekolah pun berbunyi dan seluruh murid pun masuk ke kelas masing-masing serta memulai pelajarannya. Pelajaran pertama di kelas Sinta yaitu pelajaran kesenian, Sinta sangat senang dengan pelajaran tersebut karena menyukai kesenian tradisional Indonesia.
            Saat pelajaran kesenian pun di mulai Sinta sangat memperhatikan gurunya yang sedang menerangkan di depan kelas, guru kesenian tersebut bernama Bu Titin. setelah Bu Titin selesai menerangkan materi, beliau langsung membagi kelompok menjadi lima kelompok, Sinta masuk ke kelompok 3. Teman-teman Sinta yang se-kelompok dengannya tidak setuju dengan keberadaan Sinta di kelompok tersebut, karena Sinta merupakan anak pemulung dan badannya yang sangat bau serta jorok.
            Teman-teman Sinta tersebut bernama Ririn, Teti, Bela, Sofi, dan Meli mereka semua tidak setuju dengan keberadaan Sinta dan akhirnya mereka semua pun mengadu kepada Bu Titin agar Sinta dikeluarkan dari kelompok 3.
“Bu Titin saya keberatan dengan keberadaan Sinta di kelompok kami Bu!” Teriak Sofi
“Keberatan kenapa?? Padahalkan Ibu sudah membagi anggota kelompoknya dengan rata.” Jawab Bu Titin
“Pokoknya saya tidak mau se-kelompok dengan Sinta Bu!” Jelas Sofi
“Kenapa tidak mau??” Tanya Bu Titin kepada Sofi
“Karena Sinta itu anak orang miskin dan jorok.” Jawab Sofi
“Astagfirullah al’azim….! Sofi kamu tidak boleh bilang begitu kepada Sinta, meskipun dia bukan anak orang kaya tetap saja dia teman kita. Ya sudah sekarang Sinta Ibu pindah kelomponya dari pada nanti ribut, Sinta kamu pindah ke kelompok 5 tidak apa-apakan?” Tanya Bu Titin kepada Sinta
“Iya Bu tidak apa-apa.” Jawab Sinta dengan ikhlas
“Bagaimana ketua kelompok 5 di terima tidak Sinta masuk ke kelompok kalian?” Tanya Bu Titin kepada ketua kelompok 5
“Tidak Bu, kami juga tidak mau se-kelompok dengan Sinta!” Jawab ketua kelompoknya
“Kelompok berapa yang mau menerima Sinta masuk menjadi anggotanya?” Tanya Bu Titin kepada semua murid
            Ternyata tidak ada satu kelompok pun yang mau menerima Sinta menjadi anggota kelompoknya, Bu Titin pun bersedih karena melihat Sinta yang tidak di terima oleh teman-temannya menjadi salah satu anggota kelompoknya. Akhirnya Bu Titin pun memutuskan agar Sinta menjadi anggota kelompok yang ke-6.
“Sinta tidak ada satu pun teman yang mau menerimamu menjadi anggota kelompok, bagaimana kalau kamu menjadi kelompok yang ke-6?” Tanya Bu Titin
“Iya Bu tidak apa-apa, yang penting aku masuk kelompok.”
“Ya sudah sekarang kamu menjadi kelompok yang ke-6 ya!” Jelas Bu Titin
“Baik Bu.” Jawab Sinta
            Setelah selesai pembagian kelompok Bu Titin langsung memberikan tugas yang harus di kerjakaan perkelompok, tugas tersebut ternyata tugas menari. Tarian yang harus di pentaskan yaitu tari tradisional Blantek. Setelah Sinta mendengar bahwa tugasnya yaitu menarikan tarian tradisional Blantek Sinta sangat senang, karena dia sudah hafal dan bisa menarikannya.
“Anak-anak kalian harus menarikan tarian tradisional Blantek bagi perempuan, bila untuk laki-laki kalian harus menarikan tarian tradisional Sisingaan. Ibu beri waktu selama satu bulan untuk latihan, nanti Ibu tes perkelompok.”
            Tidak lama kemudian jam pelajaran kesenian pun berakhir dan di lanjutkan dengan pelajaran berikutnya. Saat pelajaran berikutnya di mulai Sinta sangat bersemangat sekali, karena dia harus berlatih lebih giat lagi agar menjadi murid yang terbaik dalam pertunjukkan tariannya dan tidak lupa juga dalam pelajaran lainnya harus menjadi yang terbaik.
            Setelah semua pelajaran dan kegiatan di sekolah sudah selesai bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid pun pulang ke rumah. Saat di perjalanan pulang Sinta tidak lupa mampir ke sanggar tari tersebut, saat di sanggar tari tersebut Sinta tidak sengaja bertemu Bu Titin yang sedang mengajar murid-murid di sanggar tersebut.
“Sinta kamu sedang apa disini?” Tanya Bu Titin
“Sa..sa..saya sedang melihat gerakan-gerakan tarian disini Bu.” Jawab Sinta sambil menundukan kepala
“Gerakan tarian? Mengapa kamu tidak ikut sanggar saja?” Tanya Bu Titin
“Saya maunya begitu Bu, tapi…orang tua saya tidak dapat membayar uang bulanannya Bu…!”
Jawab Sinta sambil bersedih
“Begitu ya! Ya sudah kalau begitu kamu bisa ikut sanggar ini dengan gratis tanpa ada biaya sedikit pun.” Jelas Bu Titin
“Yang benar Bu?” Tanya Sinta
“Iya benar!” Jawab Bu Titin
“Terima kasih banyak ya Bu!” Seru Sinta
“Iya sama-sama, mulai sekarang kamu bisa langsung latihan.” Jelas Bu Titin
“Baik Bu, Saya pulang dulu. Assalamu’alaikum!” Jawab Sinta sambil mencium tangan Bu Titin
            Sinta pun langsung pulang ke rumah dengan berlari secepat-cepatnya agar dapat memulai belajar tarian di sanggar tersebut. sesampai di rumah, Sinta langsung mengganti bajunya dan membawa perlengkapan yang harus di bawa serta berpamitan kepada kedua orang tuanya dan kakaknya. Lagi-lagi kedua orang tuanya heran dengan kelakuan Sinta yang sedang terburu-buru, padahal Sinta kelakuannya tidak seperti ini.
“kenapa kamu terburu-buru Sinta?” Tanya Kak Yunus
“Ini Kak, aku sedang di tunggu Bu guru di sanggar seni tari di dekat sekolah itu!” Jawab Sinta
“Memang kamu mau ngapain disana?” Tanya Kak Yunus
“Sinta ke sana mau belajara seni tari Kak. Ya sudah Kak aku mau berangkat dulu assalamu’alaikum!” Seru Sinta
“Wa’alaikumsalam..!” Jawab Kak Yunus, Ayahnya dan Ibunya serempak
            Sinta pun berlari dengan semangat menuju sanggar tersebut, sesampai di sanggar Sinta langsung berlatih berbagai tarian tradisional Jawa Barat seperti tari blantek, dan tari merak. Setelah Bu Titin melihat bahwa bakat Sinta di seni tari beliau langsung melatih Sinta dengan sekuat tenaganya agar Sinta dapat mengikuti berbagai lomba seni tari.
            Sudah tiga minggu Sinta belajar di sanggar tersebut, ternyata saat minggu ketiga Sinta berlatihan, akan di adakan perlombaan tingkat se-SMP. Bu Titin pun mendaftarkan Sinta dalam perlombaan ini, Sinta pun sangat bahagia bahwa dia di daftarkan dalam perlombaan tersebut. Saat berita ini tersebar di SMPnya bahwa Sinta telah di daftarkan oleh Bu Titin untuk mengikuti perlombaan tersebut, Sofi, Teti, Bela, Meli, dan Ririn tidak percaya dengan berita tersebut karena tidak mungkin seorang pemulung dapat memenangkan lomba seni tari tersebut.
“Apa benar Sinta ikut perlombaan seni tari tingkat se-SMP?” Tanya Bela
“Aku tidak tahu pasti benar atau tidaknya, tapi banyak yang bilang begitu!” Jawab Ririn
“Sudahlah bukan urusan kita, dia mau ikut atau tidaknya. Paling-paling kalau dia ikut perlombaan itu tidak akan menang, sebab dia tidak pernah tahu gerakan tariannya kan?” Jelas Sofi
“Iya betul, kan dia itu cuman seorang pemulung.” seru Teti
“Ha…ha…ha….ha…!” Mereka tertawa
            Saat Sofi, Teti, Ririn, Meli, dan Bela membicarakan Sinta, tidak lama kemudian Sinta pun datang dan langsung mengolok-ngoloknya. Sinta menanggapinya dengan lapang dada dan ikhlas dengan keadaannya.
“Hey teman-teman… Anak pemulung datang….!” Teriak Sofi
“Katanya si anak pemulung ikut lomba seni tari loh, tingkat se-SMP lagi.” Teriak Bela
“Astagfirullah al’azim…!” Kata Sinta di dalam hati
“Saya memang mengikuti perlombaan seni tari tersebut.” Kata Sinta
“Memang kamu dapat memenangkan perlombaan seni tari itu?” Tanya Sofi
“Insya Allah saya dapat memenangkan perlombaan seni tari tersebut.” Jawab Sinta dengan lembut
“Rupanya anak pemulung tidak dapat menjamin kemenangannaya. Ha….ha…ha….!” Bela mengolok-ngolok Sinta
            Sinta tidak tahan dengan perkataan Bela dan teman-temannya dia pun keluar dari kelas dan memilih untuk latihan di ruang kesenian yang ada di sekolahnya. Dua hari kemudian perlombaan seni tari akhirnya dilaksanakan, sebelum giliran pementasan Sinta dia meminta do’a kepada kedua orang tuanya, Kakanya, dan guru-gurunya agar dia dapat memenangkan perlombaan ini.
“Ibu, Ayah, Kakak, dan Bapak-Ibu guru saya minta do’a restu agar saya dapat memenangkan perlombaan ini.” Kata Sinta
“Iya nak, kami semua disini mendukungmu agar kau dapat memenangkan perlombaan ini.” Jawab Ibunya
            Tidak lama kemudian giliran pementasan Sinta pun tiba dia bersiap-siap agar menjadi yang terbaik dan menjadi pemenangnya. Di perlombaan seni tari tersebut banyak teman-teman Sinta yang menonton terutama teman sekelasnya, saat pementasan Sinta banyak orang yang menepuk tangan karena gerakannya yang bagus dan lemah gemulai.
            Setelah semua perwakilan antar SMP sudah di pentaskan saatnya penentuan siapa yang menjadi pemenangnya dan memberikan hadiah kepada pemenang berupa piala, beasiswa,dan uang tunai yang jumlahnya sangat besar. Satu per satu juaranya disebutkan, hingga juara utama 2 dan 3 nama Sinta tidak di panggi-panggil membuat Sinta semakin tegang dan saat paling akhir tibalah menyebutkan juara utama 1 yaitu juaranya Sinta.
“Pemenang juara utama yaitu dimenangkan oleh…saudara Sinta…!” Teriak juri perlombaan
“Hore……!” Sorak teman-teman Sinta, para guru, kedua orang tuanya dan Kakaknya
“Alhamdulillah…!” Seru Sinta sambil bersujud syukur
            Penyerahan hadiah kepada Sinta dan memberikan penghargaan berupa piala dan piagam.  Setelah itu Sinta, teman-temannya, orang tuanya, Bapak-Ibu guru, dan Kakaknya merayakan kemenangan Sinta di sekolah. Bela, Ririn, Sofi, Meli, dan Teti merasa malu dengan perkataan yang sudah mereka ucapkan kepada Sinta yang bukan-bukan dan sudah mengolok-ngoloknya.
“Sinta kami semua minta maaf ya, karena kami sudah jahat kepada kamu!” Bela pun meminta maaf kepada Sinta
“Iya Sinta aku juga minta maaf, karena aku sudah mempermalukan kamu di depan orang banyak  dan berbicara yang tidak baik kepada kamu.” Kata Sofi
“Kami semua minta maaf ya Sinta….!” Mereka meminta maaf kepada Sinta
“Iya! Aku sudah memaafkan kalian semua kok.” Jawab Sinta
            Setelah itu mereka pun berteman dengan baik dan menjadi sahabat yang utuh, mereka semua saling membantu teman yang sedang kesusahan. Keluarga Sinta sekarang hidupnya menjadi lebih baik, Kakaknya Yunus lulus SMP dengan nilai yang terbaik dan masuk sekolah SMA impiannya, sedang Sinta terus menekuni kegiatannya menjadi penari yang hebat.
            Dua tahun kemudian Sinta lulus SMP dengan nilai cukup bagus dan akan melanjutkan sekolahnya di SMA kota yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya yang ada di desa, Sinta mengambil keputusan bahwa dia akan tinggal bersama pamannya yang ada di kota untuk tiga tahun ke depan.
“Ibu, Ayah, Kak Yunus Sinta pamit berangkat ke kota untuk melanjutkan sekolah disana.” Kata Sinta
“Iya! Bapak dan Ibu sudah ijinkan kamu untuk melanjutkan sekolah di kota, tapi ingat kamu harus jaga kesehatan baik-baik jangan sampai sakit.” Jelas Ayahnya
“Iya Ayah Sinta janji akan menjaga kesehatan dengan baik dan belajar lebih tekun. Ya sudah Sinta pamit dulu ya Ayah, Ibu, Kak Yunus assalamu’alaikum...!” Sinta pamit sambil bersedih
“Wa’alaikumsalam…! Hati-hati di jalan ya Sinta.” Teriak Ibunya sambil menangis
            Saat dalam perjalanan menuju kota Sinta melihat tempat-tempat indah yang belum pernah Sinta lihat di desanya. Sesampai di rumah pamannya Sinta di perkenalkan kepada keluarganya, Sinta heran dengan gaya bicara anak dan istri pamannya yang tidak di mengerti oleh Sinta, gaya bicara yang digunakan anak dan istrinya yaitu gaya bicara orang gaul sedangkan sinta menggunakan bahasa tradisional dan bahasa Indonesia.
“assalamu’alaikum….!” Salam Santi dan pamannya
“Wa’alaikumsalam….!” Jawab anak dan istri pamannya
“Loe asalnya dari mana?” Tanya Resti anak pamannya
“Saya dari desa.” Jawab Sinta
“Pantes loe bau dan kusam.” Kata Resti
“Resti kamu tidak boleh bicara begitu kepada Sinta, dia itu sodara kamu!” Jelas pamannya
“Iya deh kalau begitu, gue minta maaf ya!” Kata Resti
“Saya sudah memaafkan kamu kok.” Jawab Sinta
            Setelah selesai berbincang-bincang Sinta pun membereskan barang-barangnya yang ada di tas ke dalam lemari, kemudian Sinta langsung beristirahat karena sudah menempuh perjalan yang jauh dan membuat dirinya capek sekali.
            Saat Sinta beristirahat Bibinya memasak di dapur untuk menyiapkan makan malam nanti, sedangkan Resti mendengarkan musik K-pop dan menonton film-film Korea. Tidak lama kemudian Sinta terbangun karena mendengar musik K-pop yang sangat keras.
“Maaf Resti itu lagu apa ya?”
“Ini lagu kesukaan gua, yaitu lagu K-pop.”
“Lagu K-pop itu dari mana ya Resti?” Tanya Sinta yang ingin tahu
“Ini lagu berasal dari Korea.”
“Kenapa kamu lebih suka lagu K - pop dibandingkan lagu tradisional yang ada di Indonesi?”         Tanya Sinta sambil kesal
“Lagu K-pop itu lebih keren dibandingkan lagu tradisional Indonesia, kalau lagu tradisional Indonesia itu sudah jadul.” Jawab Resti dengan tegas
“Padahalkan lagu tradisional Indonesia itu merupakan kesenian yang ada di Indonesia, jadi kita harus melestarikannya tidak boleh melestarikan lagu-lagu asing yang dapat menghilangkan kesenian tradisional di Indonesia.” Jelas Sinta dengan tegas
“Gua nggak mau ah dengar nyanyian tradisional Indonesia yang jadul itu.” Jawab Resti sambil kesal kepada Sinta
“Ya sudah itu terserah kamu saja, yang penting kita harus tetap melestarikan budaya Indonesia tidak boleh melupannya.” Jawab Sinta sambil berbalik badan dan berjalan perlahan
            Sinta pun keluar dari kamar Resti dan masuk kembali ke kamarnya untuk memulai latihan narinya kembali. Saat Resti mendengar suara lagu tarian yang terdengar di kamar Sinta dia pun langsung masuk ke kamar Sinta.
“Sinta ini lagu apa?” Tanya Resti sambil marah-marah
“Ini adalah lagu tarian tradisional Indonesia.” Jawab Sinta dengan lembut
‘sudah sekarang kecilkan suara lagunya ok.”
“Mengapa harus di kecilkan suaranya? Padahalkan ini musik tradisional Indonesia.” Tanya Sinta sambil menjelaskan
“Karena gua tidak suka dengan musiknya. Lebih baik sekarang loe kecilkan volume tapenya, gua nggak nyaman dengarnya ya!” Jelas Resti sambil marah-marah
“baiklah saya akan kecilkan volume suaranya, maaf ya sudah mengganggu kamu.”  Kata Sinta sambil meminta maaf
            Setelah itu Resti pun keluar dari kamar Sinta dan Sinta melanjutkan latihannya dengan volume suara lagunya dikecilkan. Tidak lama kemudian adzan magrib pun berkumandang, Sinta dan keluarga pamannya berjama’ah shalat magrib di rumah. Setelah selesai shalat berjama’ah Sinta dan keluarga pamannya makan malam bersama dengan masakan yang di masak oleh Bibinya sendiri.
            Keesokan harinya Sinta di bawa pamannya ke sekolahan Resti untuk di daftarkan di sekolah tersebut. Saat pertamakalinya Sinta ke kota dan melihat keadaan sekolah yang ada di kota ternyata keadaannya lebih parah dibandingkan sekolah yang ada di desa, karena pergaulannya modern yang ada di kota lebih terpengaruhi dari pada di desa.
“Aku harus berhati-hati nih dalam pergaulan di kota, agar aku tidak terpengaruh pergaulan modern yang ada di kota dan tetap mencintai kebudayaan Indonesia bagaimana caranya pun.”      Kata Sinta di dalam hati
            Setelah Sinta selesai di daftrakan oleh pamannya dia langsung masuk ke kelas di antar oleh guru yang ada di sekolah tersebut. Sesampai di kelas Sinta langsung memperkenalkan diri kepada teman-temannya yang ada di kelas.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh….!” Sapa Sinta kepada teman-temannya
‘Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…!” Jawab teman-temannya
“Hallo nama saya Sinta saya berasal dari desa, hobi saya menari dan cita-cita saya menjadi penari yang terbaik. Salam kenal teman-teman!” Sinta memperkenalkan diri di depan kelas
“Salam kenal juga Sinta….!” Jawab teman-temannya
            Selesai memperkenalkan diri Sinta dipersilahkan duduk oleh gurunya yang sedang mengajar di kelas tersebut, Sinta duduk dengan Vina. Vina merupakan anak yang rajin dan baik hati suka menolong orang yang sedang kesusahan.
            Di kelas Sinta tedapat orang bule yang bernama Steven, dia anaknya sombong. Suatu hari sekolah Sinta memperbolehkan membawa HP karena sedang dilaksanakan study tour ke tempat bersejarah selama dua hari. Ada seorang anak perempuan yang bernama Yesti meminjam HP Sinta dan melihat-lihat isi data HP tersebut, ternyata isi data HP tersebut banyaknya video seni tari tradisional, lagu-lagu seni tari tradisional, dan masih banyak lagi. Yesti setelah melihat isi data HP Sinta langsung tertawa terbahak-bahak karena melihat isi datanya hanya lagu dan video tarian tradisional Indonesia.
“Ha…ha…ha…ha…!” Yesti tertawa terbahak-bahak
“Ada apa Yesti? Kenapa kamu tertawa?” Tanya Sinta
“Teman-teman ternyata di kelas kita ada anak jadul loh!” Teriak Yesti
“Anak jadul? Siapa yang jadul Yesti?” Tanya Steven
“Murid baru di kelas kita loh! Dia banyak mengoleksi lagu dan video tarian tradisional Indonesia.” Teriak Yesti sambil mempermalukan Sinta di depan teman-temannya
“Ha…ha…ha…ha…! Ternyata di kota masih ada juga ya orang jadul!” Teriak Steven
“Aku itu bukan anak jadul! Aku itu anak bangsa Indonesia yang harus mencintai dan melestarikan kebudayaan tradisional Indonesia. Kita semua sebagai anak bangsa Indonesia tidak boleh sampai melupakan kesenian Tradisional Indonesia demi menjadi orang yang keren.”          Sinta menjelaskan dengan tegas
“Oh ya? Apakah kesenian tradional Indonesia dapat menjamin menjadi anak keren?” Tanya Steven
“Iya! Bila kita dapat mempopulerkan kesenian tradisional Indonesia ke seluruh dunia maka kita semua anak bangsa Indonesia dapat menjadi anak keren dan Negara kita di dunia terkenal.”         Jawab Sinta dengan jelas dan tegas
“Jangan percaya dengan dia, dia itu pembohong. Kalau kesenian tradisional Indonesia tidak dapat menjadikan kita semua orang keren, yang bisa menjadikan kita orang keren yaitu musik rock & roll dan tarian dance, hanya itu yang bisa menjadikan kalian keren.” Kata Steven sambil kesal kepada Sinta
“Tidak mungkin lagu dan tarian asing dapat menjadikan kita semua keren, yang dapat menjadikan kita keren yaitu kesenian tradisional yang ada di Negara sendiri bukan Negara asing. Negara asing hanya akan menghilangkan kesenian tradisional di Negara kita.” Jelas Sinta dengan tegas dan bersemangat
“Bukannya banyak orang masih melestarikan budaya di Negara kita? Mengapa harus kita yang melestarikannya?” Tanya Yesti
“Memang betul masih banyak orang yang melestarikan budaya di Negara kita, tapi bila mereka semua telah wafat dan tidak ada lagi yang melestarikan budaya di neraga kita siapa lagi selain kita sendir? Karena itulah kita sebagai anak bangsa Indonesia harus melestarikan budaya kita sebelum punah.” Jawab Sinta dengan tegas
“Untuk membereskan masalah ini bagaimana kalau aku dan kamu tanding saja?” Tanya Steven
“Tanding? Tanding apaan?” Tanya Sinta sambil kebingungan
“Tanding pementasan tarian dari masng-masing Negara, bagaimana?” Saran Steven
“ok! Siapa takut.” Jawab Sinta
“Baiklah kalau begitu, satu minggu lagi akan diadakan perlombaan seni tari di sekolah kita. Kita berdua tanding di perlombaan tersebut, dia yang menjadi juara satu akan menjadi pemenang dalam duel tersebut dan harus mengakui bahwa kesenian tradisional tersebut dapat menjadikan anak bangsanya menjadi anak yang keren.” Steven menjelaskan kepada Sinta dan teman-temannya
“Baik aku setuju.” Jawab sinta sambil berjabat tangan
            Setelah Sinta dan Steven konflik akhirnya mereka mengadakan duel perlombaan seni tari untuk menyakinkan kesenian mana yang menjadi pemenangnya dan mengakuinya bahwa kesenian tersebut dapat menjadikan anak bangsanya keren.
            Hari demi hari Sinta dan Steven berlatih keras agar dapat memenangkan perlombaan tersebut. Lima hari sudah mereka lewati untuk berlatih dengan giat,sedikit demi sedikit teman-teman di sekolah mendukung Sinta agar dapat memenangkan perlombaan tersebut dan menjauhkan pengaruh dari Negara asing.
            Saatlah tiba dimana perlombaan itu dimulai, gerakan demi gerakan Sinta dan Steven mementaskannya dan dinilai oleh para juri yang ada di perlombaan tersebut. Setelah menunggu lama tibalah di akhir acara yaitu meneyebutkan siapa pemenang juara 1 dan juara 2.
“Yang mendapatkan juara kedua adalah……Steven..! Selamat untuk steven.” Teriak juri menyebutkan pemenangnya
“Dan yang mendapatkan juara pertama yaitu….siapa lagi kalau bukan Sinta….!” teriak juri sambil memberikan tepuk tangan yang meriah
“Hore….hore….hore….hore….!” Sorak bahagia teman-temannya
            Akhirnya Sinta pun dapat memenangkan pertandingan duel tersebut dan Steven pun mengakui kekalahannya, bahwa kesenian tradisional yang ada di Indonesialah yang dapat menjadikan anak bangsa Indonesia menjadi keren . Terbukti bahwa Santi sudah merubah banyak teman-teman Steven yang asalnya menyukai lagu-lagu rock & roll dan tarian dance, sekarang lebih menyukai tari-tarian dan lagu tradisional yang ada di Indonesia.
            Steven dan Sinta pun berteman dengan baik, semenjak itu Sinta memperkenalkan budaya Indonesia ke seluruh dunia, atas keberhasilan Sinta yang memperkenalkan kesenian tradisional di Indonesia ke seluruh dunia Sinta di berikan penghargaan oleh Bapak-Ibu gurunya dan Bapak Presiden Republik Indonesia berupa uang tunai dan beasiswa, karena Sinta merupakan anak remaja yang pertamakali memperkenal budaya Indonesia ke seluruh dunia.
            Keluarga Sinta yang ada di desa sekarang tinggal di kota dan sudah hidup lebih maju lagi berkat kegigihan Sinta dalam melestarikan budaya Indonesia ke seluruh dunia sehingga mendapatkan berbagai penghargaan dan membanggakan kedua orang tuanya serta Bapak-Ibu guru yang sudah mengajar Sinta.
            Perjuangan Sinta dan teman-temannya tidak hanya sampai disini saja, mereka terus berjuang agar kesenian tradisional di Indonesia menjadi terkenal dan diakui oleh Negara. Sebagai penari yang hebat Sinta harus tetap berjuang agar harga diri dia dan teman-teman penarinya tidak hanya di pandang sebelah mata saja, karena kebanyakan orang memandang penari itu hanya sebelah mata sebab berhubungan dengan nilai negatif seperti penari yang ada di café-café dengan pakaian yang seksi.
            Namun agar hal itu tidak terjadi kepada dirinya beserta teman-teman lainnya yang telah berjuang memperkenalkan kesenian tradisional di Indonesia ke seluruh dunia, Sinta tetap berjuang untuk membenarkan pandangan orang lain terhadap seni tari.
            Bahwa seni tari tidak hanya dipandang negatif saja, tapi ada juga seni tari yang dipandang positif oleh banyak orang. Sinta dan teman-temannya memperjuangkan seni tari agar dipandang positif oleh anak bangsa serta seluruh masyarakat yang ada di dunia ini.
            Setelah beberapa lama Sinta dan teman-temannya berjuang untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap seni tari yang ada di Indonesia. Ternyata membuahkan hasil, masyarakat sekarang memandang seni tari di Indonesia tidak lagi hanya sebelah mata.
            Mereka semua sudah sadar bahwa seni tari tradisional di Indonesia merupakan kesenian yang harus dilestarikan oleh anak bangsa Indonesia agar tidak hilang dan diakui oleh dunia. Bahwa kesenian tradisional yang ada di Indonesia merupakan aset peninggalan pada jaman dahulu dan menjadi kebanggaan bagi kami anak bangsa Indonesia dapat mengenalkan kesenian tradisional ke seluruh dunia.
            Atas usaha yang dilakukan Sinta untuk melestarikan kesenian tradisional yang ada di Indonesia, Sinta mendapatkan beasiswa, penghargaan, dan Sinta pun terkenal di seluruh dunia. Untuk melanjutkan usahanya, Sinta ingin terus melestarikan kesenian tradisional di Indonesia sampai akhir hayatnya dan mengabdi kepada Negara.


Karya : Tjahyaning. P

4 komentar:

  1. Mohon izin untuk saya angkat dalam film pendek ya

    BalasHapus
  2. Sebuah cerita yang menarik, semoga lancar membuat film nya

    BalasHapus
  3. Slot Vibes Casino Site - Lucky Club
    Casino site, in no time can I check my play now! Slot Vibes offers luckyclub.live a wonderful and exciting experience for everyone from novice players to the casino

    BalasHapus
  4. PokerStars Casino Review & Bonus Code - MJHUB
    PokerStars Casino Review: Sign up 출장마사지 and 통영 출장샵 get the best Welcome Bonus. The $1600 welcome bonus gives you a huge variety of options 동해 출장안마 of 계룡 출장마사지 sports 진주 출장안마 games  Rating: 4 · ‎Review by MJHUB

    BalasHapus